Sudisman Surowisastro | |
---|---|
Sekretaris Jendral Partai Komunis Indonesia tidak dilantik secara sah | |
Masa jabatan 22 November 1965 – Desember 1966 | |
Pengganti Partai dibubarkan | |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat | |
Masa jabatan 26 Maret 1956 – 22 Juli 1959 | |
Daerah pemilihan | Jawa Timur |
Masa jabatan 25 Juni 1960 – 15 November 1965 | |
Daerah pemilihan | Tidak ada |
Informasi pribadi | |
Lahir | 27 Juli 1920 Surabaya, Hindia Belanda |
Meninggal | Oktober 1968 Indonesia |
Partai politik | PKI (1947–1966) |
Afiliasi politik lainnya | PNI (1945–1947) |
Pekerjaan | Politikus |
Sunting kotak info • L • B |
Raden Soedisman Soerowisastro ; EYD : Raden Sudisman Surowisastro (27 Juli 1920 – Oktober 1968), biasa dikenal dengan Sudisman atau Bung Disman[1], adalah seorang politikus Indonesia. Ia merupakan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia (PKI) dari 1965 hingga 1966. Sudisman dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada bulan Oktober 1968.[2][3][4] Ia merupakan anggota Politbiro PKI yang menduduki jabatan tertinggi keempat, dan merupakan salah satu dari lima pemimpin senior PKI yang diadili.[2][5] Hanya satu dari sepuluh anggota Politbiro PKI yang dieksekusi mati.[5]
Sudisman sempat mencoba untuk mengorganisir kembali PKI menjadi gerakan bawah tanah setelah para pemimpin senior lainnya ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan. Dia bertindak sebagai pemimpin PKI untuk waktu yang singkat sebelum akhirnya ditangkap pada bulan Desember 1966.[5]
Kita hidup untuk berjuang, dan kita berjuang untuk hidup. Kita hidup bukan hanya demi hidup saja; kita hidup untuk mempertahankan hidup itu dengan keberanian sampai jantung kita berhenti berdetak. Sejak manusia dilahirkan, dari rengekan pertamanya sebagai bayi hingga nafas terakhirnya, hidup adalah perjuangan. Terkadang dia akan menghadapi perjuangan yang sangat sulit, terkadang dia akan menghadapi pertarungan yang sengit. Tidak setiap pertandingan seperti itu dimahkotai dengan kemenangan. Tetapi tujuan hidup adalah memiliki keberanian untuk memasuki pertempuran yang sengit ini dan pada saat yang sama memenangkan kemenangan. Inilah impian setiap orang yang berjuang, tidak terkecuali komunis. Ini juga impian hidupku. Karena tanpa mimpi, tanpa cita-cita, hidup itu tandus dan kosong.
Sudisman[6]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Monthly