Penemuan Amerika, dan bahwa suatu bagian ke Hindia Timur oleh Tanjung Harapan, adalah dua peristiwa terbesar dan terpenting yang tercatat dalam sejarah umat manusia.
- Adam Smith (1776), Wealth of Nations[1]
Tanjung Harapan (disebut juga Tanjung Harapan Baik; bahasa Inggris: Cape of Good Hope, bahasa Afrikaans: Kaap die Goeie Hoop, bahasa Belanda: Kaap de Goede Hoop [ˌkaːb də ˌɣudə ˈɦoːp] ⓘ,[2] bahasa Portugis: Cabo da Boa Esperança [ˈkabu dɐ ˈboɐ ʃpɨˈɾɐ̃sɐ]) adalah sebuah tanjung bebatuan yang terletak di pantai yang menghadap Samudera Atlantik di Afrika Selatan. Banyak salah paham yang menyatakan bahwa Tanjung Harapan adalah ujung paling selatan dari Benua Afrika, namun sebenarnya ujung selatan dari Benua Afrika ada pada tempat yang berada 150 km ke arah tenggara bernama Tanjung Agulhas.[3] Kesalahpahaman tersebut diyakini bermula karena Tanjung Harapan merupakan titik geografi penting bagi para pelayar Portugis yang ingin berlayar menuju belahan dunia timur.
Ketika mengikuti sisi barat garis pantai Afrika dari khatulistiwa, Tanjung Harapan menandai titik di mana sebuah kapal mulai bergerak lebih ke arah timur daripada ke selatan. Dengan demikian, pembulatan nilon modern pertama pada tahun 1488 oleh penjelajah Portugis Bartolomeu Dias merupakan tonggak sejarah dalam upaya orang Portugis untuk membangun hubungan perdagangan langsung dengan Timur Jauh (mskipun Herodotus menyebutkan sebuah klaim bahwa Bangsa Fenisia telah melakukannya jauh sebelumnya).[4] Dias menyebut tanjung ini Cabo das Tormentas ("Tanjung Badai"; bahasa Belanda: Stormkaap), yang merupakan nama asal dari "Tanjung Harapan".[5]
Sebagai salah satu tanjung besar di Laut Atlantik Selatan, Tanjung Harapan telah lama sangat penting bagi para pelaut, banyak di antaranya merujuknya hanya sebagai "the Cape".[6] Ini adalah titik jalan menuju Cape Route dan rute yang diikuti oleh kliper menuju Timur Jauh dan Australia, dan masih diikuti oleh beberapa yacht lepas pantai.