Tarumanagara ᮒᮛᮥᮙᮔᮌᮛ | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Abad ke-4–Abad ke-7 | |||||||||||
Wilayah Tarumanagara | |||||||||||
Ibu kota | Sundapura | ||||||||||
Bahasa resmi | Sanskerta | ||||||||||
Agama | Hindu dan Buddha | ||||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||||
Raja | |||||||||||
• Abad ke-5 | Purnawarman1 | ||||||||||
Sejarah | |||||||||||
Abad ke-4 | |||||||||||
• Invasi Sriwijaya | Abad ke-7 | ||||||||||
Mata uang | Mata uang emas dan perak | ||||||||||
| |||||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||||
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma (bahasa Sunda: ᮒᮛᮥᮙᮔᮌᮛ) adalah kerajaan tertua kedua di Nusantara setelah Kerajaan Kutai, yang meninggalkan bukti arkeologi. Kerajaan ini pernah berkuasa di wilayah barat Dari pulau Jawa pada abad ke-5 sampai abad ke-7 Masehi. Bukti tertua peninggalan arkeologi dari kerajaan ini adalah prasasti Ciaruteun, berupa batu peringatan dari abad ke-5 Masehi yang ditandai dengan bentuk tapak kaki raja Purnawarman.[1]
Terdapat tujuh bukti prasasti yang berhubungan dengan kerajaan Tarumanagara ditemukan di daerah Jawa Barat, Jakarta dan Banten. Prasasti tersebut di antaranya adalah prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi I, Jambu, Pasir Awi, dan Muara Cianten di dekat Bogor; prasasti Tugu di Jakarta Utara; dan prasasti Cidanghiang di Pandeglang, Banten. [2]