Artikel ini adalah bagian dari seri Politik dan Ketatanegaraan Romawi Kuno |
Zaman |
|
Konstitusi Romawi |
Preseden dan Hukum |
|
Sidang-Sidang Rakyat |
Magistratus |
Magistratus Luar Biasa |
Gelar dan Pangkat |
Tetrarki adalah sistem pemerintahan yang diperkenalkan oleh Kaisar Romawi Diokletianus pada akhir abad ke-3 Masehi, yang bertujuan untuk memecahkan masalah administrasi dan politik yang dihadapi oleh Kekaisaran Romawi. Istilah "tetrarki" berasal dari bahasa Yunani "tetra," yang berarti empat, dan "arch," yang berarti kekuasaan atau pemerintahan. Sistem ini melibatkan pembagian kekuasaan di antara empat penguasa, dengan dua kaisar senior yang dikenal sebagai "Augusti" dan dua kaisar junior yang disebut "Caesares."[1]
Pembentukan Tetrarki merupakan respons terhadap ketidakstabilan yang melanda Kekaisaran Romawi pada masa krisis abad ketiga (235-284 M). Periode ini ditandai dengan konflik internal, serangan dari luar, dan kekacauan ekonomi. Dalam upaya untuk memperkuat dan melindungi wilayah kekaisaran yang luas, Diokletianus, yang berkuasa pada tahun 284 M, memperkenalkan reformasi besar-besaran, termasuk pembentukan sistem Tetrarki pada tahun 293 M.
Sistem ini dirancang untuk menciptakan pemerintahan yang lebih efektif dan responsif dengan mendistribusikan kekuasaan di antara beberapa pemimpin. Dengan adanya dua Augusti dan dua Caesares yang memerintah atas empat bagian kekaisaran, Diokletianus berharap dapat mencegah konsentrasi kekuasaan yang berlebihan di tangan satu orang dan mengurangi risiko perebutan kekuasaan yang sering terjadi. Tetrarki juga memperkenalkan pembagian administratif yang lebih efisien, mengatur ulang wilayah kekaisaran menjadi beberapa daerah yang lebih mudah diatur.
Namun, meskipun Tetrarki awalnya berhasil dalam menciptakan stabilitas dan meningkatkan manajemen administrasi, sistem ini tidak bertahan lama setelah pengunduran diri Diokletianus pada tahun 305 M. Ketegangan politik dan perebutan kekuasaan segera muncul di antara para penguasa, yang akhirnya menyebabkan runtuhnya Tetrarki dan kebangkitan Konstantinus Agung sebagai kaisar tunggal.