Bagian dari seri tentang |
Kekristenan |
---|
Portal Kristen |
Dalam sejarah Kekristenan, tujuh konsili oikumenis pertama, yakni dari Konsili Nikea Pertama (325) sampai Konsili Nikea Kedua (787), merupakan bentuk upaya para pimpinan gereja untuk mencapai konsensus ortodoks, mengembalikan kedamaian,[1] melanjutkan dan mengembangkan Kekristenan yang bersatu.
Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Roma menerima ketujuh konsili tersebut sebagai konsili oikumenis yang sah. Gereja Ortodoks Oriental hanya mengakui tiga konsili pertama sebagai konsili oikumenis yang sah, sedangkan gereja-gereja timur hanya mengakui keabsahan dua konsili pertama dari tujuh konsili ini. Terdapat pula satu tambahan konsili (Konsili Quinisextum), yang diselenggarakan antara Konsili Kelima dan Keenam (pada tahun 692 Masehi). Konsili tersebut diakui sebagai konsili yang oikumenis oleh Gereja Ortodoks Timur saja, tetapi Gereja Ortodoks Timur tidak menomori konsili tersebut, dan hanya menghitungnya sebagai lanjutan dari Konsili Oikumenis Keenam. Gereja Katolik Roma tidak mengakui keabsahan Konsili Quinisextum,[2][3] tetapi Gereja Katolik dan beberapa ahli dalam Gereja Ortodoks Timur mengakui adanya beberapa konsili lanjutan pasca tujuh konsili oikumenis pertama ini.
[...] Tarasius [...] skilfully put forward the project of an Ecumenical Council which should restore peace and unity to the Christian world. The Empress [...] summoned the prelates of Christendom to Constantinople for the spring of 786. [...] Finally the Council was convoked at Nicaea in Bithynia; it was opened in the presence of the papal legates on 24 September 787. This was the seventh Ecumenical Council.