Udayana | |
---|---|
Sang Raja Maruhani Sri Dharmodayana Warmadewa | |
Raja Bali | |
Berkuasa | 989 - 1011 M |
Penerus | Śri Ajñadewi |
Kelahiran | Bali |
Pasangan | Mahendradatta |
Keturunan | |
Wangsa | Wangsa Warmadewa |
Agama | Hindu |
Udayana Warmadewa atau Dharmmodayana Warmadewa, adalah seorang raja penguasa pulau Bali dari Wangsa Warmadewa.[1] Permaisurinya yaitu putri dari Makutawangsawardhana, raja Medang, Jawa Timur, bernama Mahendradatta, yang di Bali nama gelarnya "Sang Ratu Luhur Sri Gunapriya Dharmapatni".[1] Nama raja ini dan permaisurinya tertulis pada beberapa prasasti yang ditemukan di Bali,[1] serta pada Prasasti Pucangan yang ditemukan di Jawa (peninggalan Airlangga, putra sulung mereka).
Di masa Udayana, terdapat sembilan aliran keagamaan dengan penganut yang hidup berbaur dan berdampingan, yakni: Siva Siddhanta, Pasupata, Bhairava, Vaisnava, Bodha (Soghata), Brahmana, Rsi, Sora (Surya) dan Ganapatya. Kesembilan aliran itu kemudian dikristalisasi oleh Senapati Mpu Rajakerta yang lebih dikenal sebagai Mpu Kuturan, dalam bentuk pemujaan kepada Tri Murti yang melandasi pembangunan Desa Pakraman (Desa Adat Bali) hingga kini. Penyatuan aliran-aliran itu dipercaya terjadi di Pura Samuan Tiga, Pejeng.[2]
Airlangga bertahta di Jawa menggantikan mertuanya, Raja Dharmawangsa Teguh, yang digulingkan oleh musuh-musuhnya. Sedangkan Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu (adik-adik Airlangga) kemudian meneruskan tahta orang tuanya menjadi raja-raja di Bali. Airlangga yang memerintah di Jawa tetap menjaga hubungan dengan Bali sebagai tanah kelahirannya.[3]