Wahhabisme (bahasa Arab: ٱلْوَهَّابِيَةُ, translit. al-Wahhābiyyah) atau Wahabi[a] adalah sebuah gerakan reformis di dalam Islam Sunni, berdasarkan ajaran dari ulama Hambali pada abad ke-18, Muhammad bin Abdul Wahhab (ca 1703–1792)[1][2][3][4][5][6][7] Istilah "Wahabisme" pada dasarnya adalah eksonim; istilah ini tidak digunakan oleh Ibnu Abdul Wahhab sendiri atau penganut gerakan tersebut, yang biasanya lebih suka disebut sebagai "Salafi" (istilah Salafi juga digunakan oleh pengikut gerakan reformasi Islam lainnya).[b]
Gerakan reformasi ini didirikan di Arab tengah dan kemudian di Arab Barat Daya,[18][19][20][21] dan diikuti terutama di Arab Saudi dan Qatar. Gerakan ini menentang ritual yang berkaitan dengan pemujaan orang suci Muslim (wali) dan ziarah ke makam dan tempat suci mereka, yang tersebar luas di antara orang-orang Najd. Ibnu Abdul Wahhab dan para pengikutnya terinspirasi oleh ulama Hanbali abad ke-13 yang berpengaruh, Ibnu Taimiyah[22][23][24] (1263–1328 M/661–728 H) yang menyerukan untuk kembali ke kemurnian tiga generasi pertama (Salafusshalih) untuk menyingkirkan umat Islam dari perkara-perkara yang tidak autentik (bidʻah), dan menganggap karya-karyanya sebagai inti referensi ilmiah dalam teologi. Meski dipengaruhi oleh doktrin mazhab Hambali, gerakan tersebut menolak taklid kepada otoritas hukum (mazhab), termasuk ulama yang sering dikutip seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim (d. 1350 C.E/ 751 A.H).[25]
Wahhabisme telah banyak digambarkan sebagai gerakan "ortodoks", "puritan(istik)", "revolusioner",[26][27][28] serta merupakan "gerakan reformasi" Islam untuk memurnikan "ibadah monoteistik murni" oleh para penganutnya. Secara sosial-politik, gerakan tersebut merupakan protes besar pertama yang dipimpin oleh Arab terhadap Turki, Kekaisaran Persia, dan bangsa asing yang mendominasi Dunia Muslim sejak Invasi Mongol dan jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah pada abad ke-13; dan kemudian berfungsi sebagai dorongan revolusioner untuk pan-Arabisme abad ke-19.[29][30] Pada 1744, Ibnu ʿAbdul Wahhab membentuk pakta dengan pemimpin lokal, Muhammad bin Saud; yang menghasilkan aliansi politik-agama yang berlanjut selama 150 tahun berikutnya, yang puncak politisnya adalah proklamasi berdirinya Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932. Akhirnya, gerakan tersebut muncul sebagai salah satu tren reformasi antikolonial abad ke-18 yang paling berpengaruh yang menyebar ke seluruh Dunia Muslim; menganjurkan untuk kembali ke nilai-nilai Islam yang murni berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah untuk membangkitkan kembali kekuatan sosial dan politik Muslim; dan tema-tema revolusionernya mempengaruhi banyak kebangkitan Islamis, cendekiawan, ideolog, dan aktivis pan-Islamisme dan anti-kolonial hingga Afrika Barat.[31][32]
Selama lebih dari dua abad hingga saat ini, ajaran Ibnu Abdul Wahhab diperjuangkan sebagai bentuk resmi Islam dan kredo dominan di tiga Negara Saudi. Pada 2017, perubahan kebijakan agama Saudi oleh Putra Mahkota Muhammad bin Salman telah menyebabkan tindakan keras yang meluas terhadap Islamis di Arab Saudi dan seluruh Dunia Arab. Pada tahun 2018, Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman, membantah bahwa ada orang yang "dapat mendefinisikan Wahhabisme ini" atau bahkan keberadaannya. Pada tahun 2021, memudarnya kekuatan para ulama yang disebabkan oleh perubahan sosial, agama, ekonomi, politik, dan kebijakan pendidikan baru yang menegaskan "identitas nasional Saudi" yang menekankan komponen non-Islam telah menghasilkan sesuatu yang dikenal sebagai "era pasca-Wahhabi" Arab Saudi.[33][34][35] Keputusan untuk merayakan "Hari Pendirian Saudi" setiap tahun pada tanggal 22 Februari sejak tahun 2022, untuk memperingati berdirinya Keamiran Dir'iyah tahun 1727 oleh Muhammad bin Saud, alih-alih memperingati sejarah sejak Pakta 1744 dari Ibnu Abdul Wahhab, telah menyebabkan Saudi "berlepas" dari para ulama secara resmi.[36][37][38][39]
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan
- ^ Esposito 2003, hlm. 123, "Muhammad ibn Abd al-Wahhab"
- ^ Knowles, Elizabeth (2005). Oxford Dictionary of Phrase and the Fable (edisi ke-2nd). Oxford University Press. ISBN 9780198609810.
Wahhabi.. sebuah sekte Muslim Sunni ortodoks yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703–92). Ini menganjurkan kembali ke Islam awal Al-Qur'an dan Sunnah
- ^ Commins 2006, hlm. vi "Apa itu Misi Wahhabi?... Pengamat netral bisa mendefinisikan misi Wahhabi sebagai gerakan reformasi agama yang diasosiasikan dengan ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab (1703–1792)"
- ^ Kerr, Wright, Anne, Edmund (2015). A Dictionary of World History (edisi ke-3rd). Oxford University Press. ISBN 9780199685691.
Wahhabism...The doctrine of an Islamic reform movement founded by Muhammad ibn ‘Abd al‐Wahhab (1703–92)... It is based on the Sunni teachings of Ibn Hanbal (780–855)
- ^ Ahsan, Sayyid (1987). "Chapter – IV Foundations of the Saudi State – ll : Reforms of Muhammad Ibn 'Abd al-Wahhab". Trends in Islam in Saudi Arabia. Department of Islamic Studies, Aligarh Muslim University, Aligarh: Aligarh Muslim University. hlm. 141–142.
- ^ Wagemakers, Joas (2021). "Part 3: Fundamentalisms and Extremists – The Citadel of Salafism". Dalam Cusack, Carole M.; Upal, M. Afzal. Handbook of Islamic Sects and Movements. Brill Handbooks on Contemporary Religion. 21. Leiden and Boston: Brill Publishers. hlm. 341. doi:10.1163/9789004435544_019 . ISBN 978-90-04435544. ISSN 1874-6691.
- ^ Bokhari, Kamran; Senzai, Farid, ed. (2013). "Conditionalist Islamists: The Case of the Salafis". Political Islam in the Age of Democratization. New York: Palgrave Macmillan. hlm. 81–100. doi:10.1057/9781137313492_5. ISBN 978-1137313492.
- ^ Bonacina, Giovanni (2015). "1:A Deistic Revolution in Arabia". The Wahhabis Seen through European Eyes (1772–1830): Deists and Puritans of Islam. Koninklijke Brill nv, Leiden, The Netherlands: Brill. hlm. 12–40. ISBN 978-90-04-29301-4.
- ^ Coller, Ian (2022). Muslims and Citizens: Islam, Politics, and the French Revolution. New Haven, USA: Yale University Press. hlm. 151, 235. ISBN 978-0-300-24336-9.
- ^ Bessel, Guyatt, Rendall, Richard, Nicholas, Jane; Bayley, C. A. (2010). "1: The 'Revolutionary Age' in the Wider World, c. 1790–1830". War, Empire and Slavery, 1770–1830. 175 Fifth Avenue, New York, NY 10010: Palgrave Macmillan. hlm. 21–41. ISBN 978-0-230-54532-8.
- ^ Commins 2006, hlm. vi, 137, 192
- ^ Daly Metcalf, Barbara (1982). Islamic Revival in British India: Deoband, 1860–1900. Princeton University Press. hlm. 271–72, 279. JSTOR j.ctt7zvmm2.
- ^ H. Cordesman, Anthony (31 December 2002). "Saudi Arabia Enters The 21st Century: IV. Opposition and Islamic Extremism Final Review" (PDF). Center for Strategic and International Studies. hlm. 8–9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 December 2020.
- ^ Reem, Abu (1 April 2007). "The Wahhabi Myth: Debunking the Bogeyman". Muslim Matters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2020.
- ^ Atkin, Muriel (2000). "The Rhetoric of Islamophobia". CA&C Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 September 2021.
In political, as well as religious matters, any Muslim who challenges the status quo is at risk of being labeled a Wahhabi. This is how the KGB and its post-Soviet successors have used the term
- ^ Khalid, Adeeb (2003). "A Secular Islam: Nation, State and Religion in Uzbekistan". International Journal of Middle East Studies. Cambridge University Press. 35 (4): 573–598. doi:10.1017/S0020743803000242. JSTOR 3879864 – via JSTOR.
- ^ Knysh, Alexander (2004). "A Clear and Present Danger: "Wahhabism" as a Rhetorical Foil". Modern Asian Studies. 44 (1): 9–13. JSTOR 1571334 – via JSTOR.
The use of the term to label all distasteful opponents has become so routine in post–Soviet discourse that Feliks Kulov, then Minister for National Security in Kyrgyzstan, could speak in 1997 of “foreign Wahhabi emissaries, from Iran in particular”.."People accused of being “Wahhabis” are routinely charged with treason and subversion against the state
- ^ W. Brown, Daniel (2009). A New Introduction to Islam: Second Edition. Malden, MA: Wiley-Blackwell. hlm. 245. ISBN 978-1405158077.
- ^ Ahmad Khan, Jones, MU'ĪNUDDĪN, Harford (March 1968). "A Diplomat's Report on Wahhabism of Arabia". Islamic Studies. 7 (1): 33–46. JSTOR 20832903.
- ^ Mattar, Philip (2004). ENCYCLOPEDIA OF THE Modern Middle East & North Africa: Second Edition. Farmington Hills, MI: Thomson Gale. hlm. 1625. ISBN 0-028659872.
- ^ Agoston, Masters, Gabor, Bruce (2009). Encyclopedia of the Ottoman Empire. New York: Facts on File. hlm. 587–588. ISBN 978-0816062591.
- ^ DE BELLAIGUE, CHRISTOPHER (2017). "Chapter 1: Cairo". The Islamic Enlightenment: The Struggle Between Faith and Reason- 1798 to Modern Times. New York: LIVERIGHT PUBLISHING CORPORATION. hlm. 15–16. ISBN 978-0871403735.
- ^ W. Hughes, Aaron (2013). "Chapter 10: Encounters with Modernity". Muslim Identities: An Introduction to Islam. New York: Columbia University Press. hlm. 235. ISBN 978-0231161473.
- ^ Hoover, Jon (2019). Makers of the Muslim World: Ibn Taymiyya. London: One World Publications. hlm. 3, 11, 43, 68–69, 144. ISBN 978-1786076892.
- ^ Peri Bearman; Thierry Bianquis; C Edmund Bosworth; E J Van Donzel; Wolfhart Heinrichs, ed. (2002). The Encyclopedia of Islam: New Edition Vol. XI. Leiden: Brill. hlm. 39. ISBN 90-04127569.
- ^ Bonacina, Giovanni (2015). "1:A Deistic Revolution in Arabia". The Wahhabis Seen through European Eyes (1772–1830): Deists and Puritans of Islam. Koninklijke Brill nv, Leiden, The Netherlands: Brill. hlm. 12–40. ISBN 978-90-04-29301-4.
- ^ Coller, Ian (2022). Muslims and Citizens: Islam, Politics, and the French Revolution. New Haven, USA: Yale University Press. hlm. 151, 235. ISBN 978-0-300-24336-9.
- ^ Bessel, Guyatt, Rendall, Richard, Nicholas, Jane; Bayley, C. A. (2010). "1: The 'Revolutionary Age' in the Wider World, c. 1790–1830". War, Empire and Slavery, 1770–1830. 175 Fifth Avenue, New York, NY 10010: Palgrave Macmillan. hlm. 21–41. ISBN 978-0-230-54532-8.
- ^ Lewis, Bernard (1994). "5: The Revolt of Islam". The Shaping of the Modern Middle East. 198 Madison Avenue, New York: Oxford University Press. hlm. 103. ISBN 0-19-507281-2.
- ^ Tibi, Bassam (1990). Arab nationalism: A Critical Enquiry. Diterjemahkan oleh Farouk Sluglett, Peter Sluglett, Marion, Peter (edisi ke-Second). London, UK: The Macmillan Press Ltd. hlm. 162. ISBN 978-1-349-20804-3.
- ^ Motadel, David (2014). "Introduction". Islam and the European Empires. Great Clarendon Street, Oxford, OX2 6DP, United Kingdom: Oxford University Press. hlm. 19–20. ISBN 978-0-19-966831-1.
- ^ Murzik Kobo, Ousman (2012). Unveiling Modernity in Twentieth-Century West African Islamic Reforms. Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands: Brill. hlm. 221, 277, 283–285. ISBN 978-90-04-21525-2.
- ^ "Saudi Arabia seeks religious reset as clerical power wanes". Dawn. 20 June 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 June 2021.
- ^ Alhussein, Eman (19 June 2019). "Saudi First: How hyper-nationalism is transforming Saudi Arabia". ECFR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 September 2021.
- ^ Farouk, J. Brown, Yasmine, Nathan (7 June 2021). "Saudi Arabia's Religious Reforms Are Touching Nothing but Changing Everything". Carnegie Endowment for International Peace. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 June 2021.
- ^ Hassan, Hassan (22 February 2022). "The 'Conscious Uncoupling' of Wahhabism and Saudi Arabia". Newlines Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 February 2022.
- ^ "Saudi Arabia for first time marks its founding, downplaying conservative roots". The Economic Times. 22 February 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 February 2022 – via Reuters.
- ^ "Riyadh celebrates the state's founding, downplays the role of Wahhabi Islam". Asia News. 23 February 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2022.
- ^ Alamer, Sultan (23 February 2022). "The Saudi 'Founding Day' and the Death of Wahhabism". AGSIW. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2022.