Yosia | |
---|---|
Raja Yehuda | |
Berkuasa | 640 - 609 SM |
Pendahulu | Amon |
Penerus | Yoahas |
Kelahiran | ~ 648 SM mungkin Yerusalem |
Kematian | Tammuz (Juli/Agustus) 609 SM (usia 39 tahun) Yerusalem |
Pasangan | Zebudah Hamutal |
Keturunan | Yohanan Yoyakim Yoahas Zedekia |
Wangsa | Keturunan Daud |
Ayah | Amon |
Ibu | Jedidah |
Yosia (bahasa Ibrani: יֹאשִׁיָּהוּ, Yoshiyahu; bahasa Yunani: Ιωσιας, Yosias), yang artinya 'TUHAN menopang' adalah raja kerajaan Yehuda dan anak dari Raja Amon.[1][2] Yosia menjadi raja pada usia 8 tahun, sekitar tahun 639-609 SM.[2] Ia merupakan penganut theokratis dan ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN.[1] Pemerintahan Yosia ini melakukan reformasi dalam hal keagamaan.[1][2]
Pada tahun ke-8 pemerintahannya, Yosia secara pribadi meninggalkan agama yang sudah menyimpang dan bersifat politeisme, yang dianut kedua pemerintahan terdahulu, Amon dan Manasye.[2] Namun, tindakan ini hanya berpengaruh pada kalangan istana saja.[2] Meninggalnya raja Asyur terakhir, Asyurbanipal, pada tahun 632 SM memperlancar usaha reformasi Yosia.[2] Pada tahun yang ke-12 pemerintahannya, reformasi keagamaan ini mendapat dukungan lebih luas sampai ke Yerusalem dan daerah-daerah lain.[1][2] Dalam melakukan reformasi ini, raja Yosia tidak hanya memusnahkan bukit-bukit pengorbanan bamot di wilayah Yehuda dan Benyamin, tetapi ia juga menjangkau wilayah Efraim dan Naftali di Galilea.[2] Ia menghancurkan semua peranti dan sarana ibadah kafir.[1][2] Secara khusus ia menggenapi nubuat mengenai penghancuran bukit pengorbanan di Betel, di mana pertama kalinya Yerobeam bin Nebat memperkenalkan hal-hal baru dalam hidup keagamaan (2 Raja-raja 23:15-18; 2 Raja-raja 12:2).[1][2] Kebijakan Yosia selanjutnya adalah pemberlakuan kembali perayaan Paskah (2 Raja–raja 35:18).[2] Kendati reformasi ini sangat besar dilakukan, tetapi hampir seluruhnya tidak memberikan dampak perubahan yang sungguh-sungguh dalam hati umat Israel.[2]