Kadipaten Mangkunagaran ꦦꦿꦗꦑꦣꦶꦦꦡꦺꦟ꧀ꦩꦁꦑꦸꦟꦼꦓꦫꦟ꧀ | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1757–1946 | |||||||||
| |||||||||
Ibu negara | Kota Mangkunegaran | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Jawa | ||||||||
Agama | mayoritas Islam | ||||||||
Kerajaan | Monarki | ||||||||
Adipati | |||||||||
• 1757-1795 | Mangkunegara I | ||||||||
• 1944-1946 (status diturunkan); w. 1987 | Mangkunegara VIII | ||||||||
• 1987-kini | Mangkunegara IX | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Perjanjian Salatiga | 1757 | ||||||||
• Undang-undang Pemerintah Republik Indonesia No. 16/SD Tahun 1946 | 1946 | ||||||||
|
Kadipaten Mangkunegaran Jawa: ꦦꦿꦗꦑꦣꦶꦦꦡꦺꦟ꧀ꦩꦁꦑꦸꦟꦼꦓꦫꦟ꧀ atau sering disebut Praja Mangkunegaran adalah sebuah kerajaan otonom yang pernah berkuasa di wilayah Surakarta sejak 1757 sampai dengan 1946. Penguasanya adalah cabang junior dari Dinasti Mataram, disebut Wangsa Mangkunegaran, yang dimulai dari Mangkunegara I (Raden Mas Said). Meskipun berstatus otonom yang sama dengan tiga kerajaan pecahan Mataram lainnya, penguasa Mangkunegaran tidak memiliki otoritas yang sama tinggi dengan Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Penguasanya tidak berhak menyandang gelar "Sunan" ataupun "Sultan" tetapi "Pangeran Adipati Arya".